Skip to main content

Obor Asian Games 2018

Obor Asian Games 2018

Pesta Olahraga Asia 2018 (Asian Games 2018) adalah acara olahraga multi-event regional Asia yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tanggal 18 Agustus - 2 September 2018 di dua kota yaitu Jakarta dan Palembang. Ini merupakan kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games setelah Asian Games IV yang diadakan di Jakarta pada tahun 1962.
Salah satu yang tidak dapat dipisahkan dari Asian Games adalah pawai obor. Pawai obor ini dimulai pada Asian Games 1958 atau yang ketiga dan berlokasi di Jepang.

Api obor Asian Games 2018 sengaja didatangkan dari India karena India merupakan tuan rumah Asian Games untuk pertama kalinya pada tahun 1951 dan api yang abadi sebagai lambang semangat yang terus menyala untuk menjaga kebersamaan dan persahabatan serta semangat untuk berprestasi.  Api ini diambil dari lokasi api abadi Asian Games di India, yaitu Stadion Nasional Dhyan Chand di New Delhi, tempat Asian Games pertama kali digelar di India.

Api abadi dari India dibawa dengan perlakuan khusus dan tak boleh padam hingga tiba di Indonesia. Setiap kali habis, bahan bakar diisi kembali agar api tidak mati. Pesawat Boeing 737-500 TNI AU yang mengangkut api obor Asian Games 2018 dikawal lima pesawat tempur T-50i. Sekitar pukul 08.00 WIB, pesawat mendarat mulus di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta. Peraih medali emas Olimpiade 1992, Susi Susanti, membawa api obor turun dari pesawat. Api dibawa menuju Museum Pusat Angkatan Udara Mandala Yogyakarta dengan kendaraan yang dikawal Pasukan Bregodo dari Keraton Ngayogyakarta.

Setelah tiba di Indonesia, api abadi dari India disatukan dengan api abadi yang diambil dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah pada hari Rabu (18/7/2018), di Candi Prambanan, Yogyakarta. Setelah disatukan, api dibawa menuju Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan berlari. Api Abadi Mrapen merupakan fenomena alam karena faktor gas alam yang keluar dari perut bumi. Akibatnya, muncul api yang hingga saat ini tidak pernah padam.

Obor Asian Games 2018 akan dikirab keliling 54 kota dan kabupaten di Indonesia. 

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Pilih SMAN 68?

SMAN 68 Jakarta Mengapa saya memutuskan untuk bersekolah di SMAN 68? 1.  Favorit Alasan pertama saya memilih SMAN 68 karena terkenal sebagai salah satu sekolah unggulan di DKI Jakarta dan merupakan sekolah percontohan. 2.  Peluang Perguruan Tinggi Negri Besar SMAN 68 menjadi salah satu sekolah unggulan selain karena passing gradenya yang tinggi juga karena memiliki kuota jalur SNMPTN dan PPKB yang lebih banyak dari SMA lainnya. 3.  Prestasi Terkenal akan prestasinya baik di segi akademik maupun non-akademik juga membuat saya tertarik untuk melanjutkan pendidikan di SMAN 68. 4.  “Tradisi” Saya memilih SMAN 68 juga karena didukung oleh orang tua karena ayah dan kakak yang keduanya merupakan alumni SMAN 68. 5.  Ekstrakulikuler dan Kegiatan Sejak duduk di bangku SMP saya sudah tertarik dengan banyaknya ekstrakulikuler yang ditawarkan di SMAN 68 beserta prestasinya masing-masing yang pastinya membanggakan. SMAN 68 juga terkenal de...

Prince Diponegoro

Prince Diponegoro        Diponegoro was a Javanese prince who opposed the Dutch rule in Indonesia. He was the eldest son of Sultan Hamengkubowono III. Diponegoro was born at Yogyakarta in 1785 and died at Makassar in 1855. During the Dutch rule, a ruler like his father had lost many rights such as the ability to lease land. Instead, he was paid by the Dutch to keep peace. This was an indignity to his father. This led to an open battle headed by Diponegoro himself using guerrilla tactics, which was called the Java War. It lasted for five years, from 1825 until 1830. During that period Diponegoro had successfully led battles, ambushing Dutch camps and raiding food supplies. Over the period of five years, more than 200,000 people were dead because of the war. In 1830, he was sent away by the Dutch to Manado, then moved to Ujungpandang, and he spent the rest of his life there. After being held by the Dutch in Fort Rotterdam in Ujungpandang for 25 years, he died th...